REKOMENDASI DAN MITIGASI LINTAS SEKTOR MENGHADAPI MUSIM KEMARAU TAHUN 2025
bro admin | 23 April 2025 | Dibaca 24 kali

dock/bmkg_indonesia

Lebak,- Berdasarkan data informasi yang dibersumber dari analisis BMKG memprediksi musim kemarau akan terjadi pada Juni - Agustus Tahun 2025, dengan wilayah - wilayah seperti Jawa bagian tengah hingga timur, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa tenggara dan Maluku mengalami puncak kekeringan Pada Agustus.

Dan untuk wilayah Provinsi Banten sendiri diprediksi awal musim kemarau akam terjadi pada bulan  April - Juni Tahun 2025, Musim kemarau diProvnsi Banten diprediksi dimulai dari wilayah utara (wilayah serang bagian utara, Cilegon, Tanggerang Bagian Utara) Pada April 2025 dan bergerak ke arah Selatan yaitu serang bagian selatan, sebagian besar pandeglang, tanggerang bagian selatan, dan tanggerang selatan pada bulan mei 2025, serta pada bulan juni 2025 diwilayah Lebak, Pandeglang bagian utara dan Serang bagian Barat, oleh karena itu untuk masyarakat untuk segera siap siaga untuk menghadapi musim kemarau di tahun 2025 ini, dan berikut beberapa rekomendasi mitigasi yang dapat di perhatikan :

A. SEKTOR PERTANIAN, 1. Pada tahun 2025, sebagian besar Zona Musim (295 ZOM; 46%) diprediksi akan mengalami musim kemarau dengan durasi yang lebih pendek dibandingkan normalnya. Namun, di sebagian kecil wilayah utara Jawa Barat, yang merupakan sentra produksi padi, musim kemarau diprediksi berlangsung lebih lama. Kondisi serupa juga diprediksi terjadi di Sumatera bagian tengah dan utara, sebagian Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Barat, serta sebagian kecil wilayah Sulawesi. Berikut adalah beberapa rekomendasi untuk sektor pertanian sebagai langkah antisipasi, terutama di wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau lebih lama dan lebih kering.

  • Menyesuaikan jadwal tanam agar tanaman tidak mengalami fase kritis kekeringan.
  • Memilih varietas tanaman yang membutuhkan lebih sedikit air, lebih tahan kekeringan, serta memiliki siklus tanam lebih pendek.
  • Mengelola dan mengoptimalkan penggunaan air irigasi, sumur resapan, serta kolam retensi selama musim kemarau.
  • 4. Memanfaatkan budaya dan teknologi pemanenan air hujan selama periode transisi untuk menyimpan cadangan air.

B. SEKTOR PERKEBUNAN, Prediksi musim kemarau tahun 2025 menunjukkan bahwa wilayah perkebunan sawit umumnya akan mulai mengalami musim kemarau pada bulan Juni, mencakup sebagian Sumatera dan bagian selatan Kalimantan. Wilayah perkebunan sawit dengan sifat hujan di bawah normal meliputi bagian utara Riau, bagianutara Aceh, sebagian Sumatera Utara,dan bagian selatan Kalimantan Barat.Sementara itu, wilayah perkebunan sawit dengan sifat hujan di atas normal terdapat di bagian selatan Aceh dan Lampung. Puncak musim kemarau di wilayah perkebunan sawit di Sumatera diprediksi terjadi antara bulan Juni hingga Agustus. Sementara itu, di Kalimantan, puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada bulan Agustus. Rekomendasi pengelolaan perkebunan sawit selama musim kemarau 2025:

  • 1. Wilayah dengan Sifat Hujan di Atas Normal. Pada wilayah dengan sifat hujan di atas normal, potensi hujan yang masih terjadi selama musim kemarau dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mencegah cekaman air pada tanaman. Namun, serangan hama, penyakit, dan gulma tetap perlu diwaspadai, karena dapat menghambat pertumbuhan buah sawit meskipun curah hujan lebih tinggi dari biasanya.
  • Wilayah dengan Sifat Hujan diBawah Normal Pada wilayah dengan sifat hujan di bawah normal, perlu diwaspadai peningkatan risiko kebakaran lahan akibat kekurangan air dan kekeringan, terutama pada periode puncak musim kemarau. Selain itu, pengelolaan air irigasi dan sumber air lainnya perlu dioptimalkan secara efisien untuk mengimbangi evapotranspirasi yang tinggi serta mencegah cekaman air pada tanaman.

C. SEKTOR PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR, 

  • Menghemat penggunaan air dengan membudayakan pola hidup hemat air serta meningkatkan kapasitas penampungan air di lingkungan rumah tangga.
  • Memanfaatkan budaya dan teknologi pemanenan air hujan selama periode transisi untuk menyimpan cadangan air.
  • Mengoptimalkan sumber air alternatif guna mendukung ketersediaan air selama musim kemarau.
  • Memastikan manajemen distribusi air yang efektif, khususnya oleh PDAM, agar suplai air bersih tetap terjaga bagi masyarakat.
  • 5. Mendorong peran aktif masyarakat dalam melindungi sumber air alami dengan tidak membuang limbah ke sungai, waduk, atau danau.

D. SEKTOR ENERGI ( KETERSEDIAAN WADUK , Berdasarkan prediksi musim kemarau 2025, sebagian besar wilayah akan memasuki musim kemarau pada April hingga Juni, dengan puncaknya terjadi antara Juni hingga Agustus. Musim kemarau dengan durasi yang sama atau lebih pendek dari normal berpotensi terjadi di Sumatera bagian selatan, sebagian besar Jawa, sebagian besar Nusa Tenggara, Kalimantan bagian timur hingga utara, sebagian besar Sulawesi, Maluku bagian utara, serta Papua bagian barat dan tengah. Sementara itu, durasi musim kemarau yang lebih panjang dari normal diprediksi terjadi di Sumatera bagian tengah hingga utara serta Kalimantan bagian barat dan selatan. Sebagai langkah antisipasi, berikut rekomendasi bagi pengelola bendungan dalam menghadapi musim kemarau 2025:

  • Menerapkan strategi penghematan dan pengelolaan pasokan air yang lebih efisien untuk memastikan ketersediaan air yang cukup guna menjaga operasi PLTA serta fungsi lainnya, seperti irigasi dan pemenuhan kebutuhan air baku, terutama di wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau dengan sifat Bawah Normal atau durasi lebih panjang.
  • Mengoptimalkan pemanfaatan kapasitas bendungan, khususnya di wilayah yang diperkirakan mengalami musim kemarau dengan sifat Atas Normal dan wilayah yang mengalami musim kemarau lebih panjang, guna mendukung distribusi air yang lebih stabil.

Kekeringan Meteorologis Musim kemarau 2025 diprediksi curah hujan bersifat normal hingga bawah normal, dengan 14% wilayah berpotensi mengalami kondisi lebih kering dari biasanya. Wilayah dengan kemarau bawah normal lebih rentan mengalami kekeringan, sehingga langkah antisipasi diperlukan. Strategi Antisipasi.

  • Pengelolaan sumber daya air yang efisien melalui pola hemat air dan penyimpanan cadangan air hujan.
  • Penggunaan varietas tanaman tahan kekeringan serta penyesuaian jadwal tanam di sektor pertanian.
  • 3. Kesiapsiagaan terhadap potensi karhutla, terutama di wilayah rentan kekeringan.

Demikian informasi ini dapat disampaikan dan dapat ditindak lanjuti oleh masyarakat terutama yang berkecimpung dilintas sektor yang sudah dipaparkan diatas.

BAGIKAN :



Berikan Komentar

Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun). Komentar akan ditampilkan setelah disetujui oleh Admin